Saat berbicara tentang profesi kesehatan, biasanya kita langsung teringat pada dokter, perawat, bidan, petugas laboratorium sampai apoteker. Profesi-profesi ini adalah yang paling dikenal oleh masyarakat. Namun, ada satu profesi medis yang sering kali terabaikan, yaitu radiographer. Seorang tenaga medis yang berperan penting dalam unit radiologi untuk bekerja sama dengan dokter spesialis radiologi.
Mereka berada di garis depan dalam proses diagnosis dengan menghasilkan gambar rontgen yang membantu menentukan kondisi kesehatan pasien., demikian penjelasan dari Nyoman Supriyani, ketua bidang kesejahteraan PARI (Perhimpunan Radiografer Indonesia), Ketapang, Kalimantan Barat.
Dijelaskan oleh Nyoman, sapaan karibnya, radiografer dapat memvisualisasikan keadaan organ tubuh tanpa memerlukan pembedahan. Hal ini sangat krusial dalam mendeteksi berbagai penyakit, mulai dari patah tulang hingga kanker yang mungkin tidak terlihat dengan metode pemeriksaan lainnya.
“Namun, penting untuk diingat bahwa paparan sinar X memiliki risiko jangka panjang bagi kesehatan jika dilakukan secara terus-menerus,” kata Nyoman.
Radiografer sendiri diwadahi dalam organisasi PARI yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan Mancanegara mulai Pari Surabaya, Pari Ketapang, Pari Banda Aceh dan banyak lagi. Mereka dilatih untuk memahami risiko ini dan selalu mengambil langkah-langkah perlindungan, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk pasien.
Saat Anda menjalani pemeriksaan rontgen di rumah sakit, Anda mungkin memperhatikan bahwa semua pintu ditutup dan petugas keluar dari ruangan. Ini adalah tindakan perlindungan untuk memastikan keselamatan radiografer dan keluarga pasien yang berada di luar.
Merujuk pada situs https://pariketapang.org/, radiografer tidak hanya berfokus pada pengambilan gambar, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang anatomi manusia, teknik radiografi, dan protokol keselamatan. Mereka perlu berkomunikasi dengan pasien untuk memastikan bahwa prosedur dilakukan dengan nyaman dan efisien. Keterampilan interpersonal ini sangat penting, karena beberapa pasien mungkin merasa cemas atau takut saat menjalani pemeriksaan.
Dengan risiko yang ada, bagaimana dengan keselamatan radiografer saat bekerja dengan radiasi? Di Indonesia, ada lembaga bernama BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) yang bertugas mengatur dan mengawasi penggunaan radiasi sinar X. BAPETEN tidak hanya mengawasi radiasi, tetapi juga paparan yang diterima oleh tenaga medis. Setiap bulan, radiografer mengirimkan alat pengukur radiasi yang disebut film badge, kini sudah ada yang lebih modern bernama TLD (Thermoluminescent Dosimeter). Dengan laporan alat ini, keselamatan radiografer dapat terjamin, dan mereka dapat bekerja dengan lebih tenang.
Menariknya, banyak pasien yang telah menjalani foto rontgen seringkali mengucapkan terima kasih dan memanggil radiografer dengan sebutan “dokter.” Ini menunjukkan bahwa banyak orang masih belum mengetahui peran radiografer secara mendalam. Di rumah sakit negeri, radiografer tidak mengenakan seragam putih seperti perawat atau dokter; mereka sering kali mengenakan pakaian dinas atau batik, yang kemudian dilapisi dengan apron pelindung berbahan timbal. Ini dapat menambah kebingungan di kalangan pasien, tetapi tugas mereka tidak kalah penting dibandingkan profesi medis lainnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi radiografer adalah penanganan kasus-kasus darurat. Dalam situasi yang mendesak, seperti kecelakaan atau serangan jantung, radiografer harus bekerja cepat dan efektif untuk memastikan gambar yang dihasilkan berkualitas baik, sehingga dokter dapat segera mengambil keputusan yang tepat. Dalam kondisi seperti ini, ketepatan dan kecepatan menjadi kunci utama.
Perlu diketahui bahwa untuk menjadi seorang radiografer harus lulus dari program pendidikan teknik radiodiagnostik atau teknik radiologi. Sayangnya, jumlah institusi yang menawarkan pendidikan radiografi masih sangat terbatas. Pada tahun 2019, hanya ada 14 universitas dan sekolah tinggi yang menyelenggarakan program ini, terdiri dari 3 negeri dan 11 swasta. Hal ini menunjukkan bahwa profesi ini cukup eksklusif dan menantang.
Bagi Anda yang masih di bangku SMA dan tertarik untuk menjelajahi dunia radiografi, peluang karir di bidang ini cukup menjanjikan, mengingat jumlah lulusan yang relatif sedikit setiap tahunnya. Dengan begitu, Anda memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menemukan pekerjaan di bidang yang sangat vital ini. Menjadi radiografer bukan hanya tentang menjalankan tugas teknis, tetapi juga tentang berkontribusi pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Profesi ini memerlukan dedikasi, keterampilan, dan pengetahuan yang mendalam. Jika Anda memiliki minat di bidang medis dan teknologi, profesi ini mungkin adalah pilihan yang tepat untuk Anda.