Dikutip dari laman website https://www.smktelkom-mlg.sch.id/, Tim Data Forge dari SMK Telkom Malang sukses mengukir prestasi membanggakan di kancah nasional setelah dinobatkan sebagai Juara Pertama KONEKSI AI Competition 2025, berkat karya inovatif mereka bertajuk SiRANA (Siaga Insan Rana). Proyek ini menghadirkan solusi cerdas berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Natural Language Processing (NLP) untuk mengintegrasikan data regulasi serta edukasi kedaruratan di Indonesia. Kemenangan ini sekaligus menegaskan posisi SMK Telkom Malang sebagai salah satu sekolah kejuruan paling progresif dalam memadukan teknologi, empati sosial, dan inovasi digital.
Daftar Isi
Menghadapi “Krisis Sunyi” Kedaruratan Non-Bencana
Tim Data Forge—yang beranggotakan Jean Richnerd Rantabaratrahjaga dan Mohammad Maulana Alfara Salim—memulai proyek ini dari keprihatinan atas fenomena yang mereka sebut sebagai “silent crisis”: berbagai kedaruratan non-bencana seperti kebakaran rumah kecil, serangan satwa berbisa, atau kecelakaan domestik yang sering luput dari perhatian publik.
“Banyak masyarakat tidak tahu harus lapor ke mana saat menghadapi keadaan darurat kecil. Sementara di sisi instansi, datanya tersebar dan sulit diakses secara terpusat,” ujar Jean menjelaskan inspirasi awal proyek mereka.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (2024), terdapat rata-rata 15–20 panggilan darurat per hari, sebagian besar justru berasal dari kejadian non-bencana. Namun, banyak laporan yang tidak mencantumkan lokasi akurat atau kategori kejadian, sehingga memperlambat respons petugas.
Masalah tersebut diperparah dengan rendahnya pengetahuan publik terhadap nomor darurat dan mekanisme pelaporan, sebagaimana hasil survei yang menunjukkan 78% warga belum mengetahui prosedur pelaporan kedaruratan non-kebakaran.
SiRANA: Sistem Tanggap Darurat Berbasis AI

Menjawab tantangan itu, tim Data Forge menciptakan SiRANA (Siaga Insan Rana) — sistem berbasis web yang mengintegrasikan teknologi NLP untuk otomatisasi pencarian regulasi, pelaporan darurat, dan edukasi kebencanaan.
Dengan memanfaatkan model GPT-4o dari OpenAI, SiRANA mampu:
• memahami laporan darurat berbentuk teks maupun voice note,
• mengklasifikasikan jenis kedaruratan (misalnya kebakaran, hewan berbahaya, atau kecelakaan),
• dan meneruskan laporan valid langsung ke instansi terkait seperti BPBD, Damkar, dan relawan Redkar, lengkap dengan peta lokasi real-time.
Sistem ini juga dilengkapi Chatbot Edukasi Kedaruratan berbasis NLP yang memungkinkan masyarakat bertanya langsung tentang prosedur keselamatan, mitigasi, atau langkah evakuasi. Chatbot tersebut dirancang dengan konteks budaya Indonesia agar komunikasinya tetap natural dan mudah dipahami.
“Fitur chatbot edukasi ini penting, karena kami ingin masyarakat bisa belajar kesiapsiagaan bencana dari mana saja, tanpa harus menunggu pelatihan formal,” jelas Mohammad Maulana, anggota tim sekaligus pengembang backend aplikasi.
Teknologi yang Ramah dan Siap Diterapkan
Dari sisi teknis, SiRANA dibangun menggunakan Flask sebagai backend dan Next.js/Shadcn untuk frontend, dengan Supabase PostgreSQL sebagai basis data utama. Sistem ini mampu menerima laporan dari WhatsApp, situs web, maupun nomor darurat seperti 112, kemudian memprosesnya secara otomatis menggunakan AI.
Integrasi antara GPT-4 untuk analisis teks dan Whisper-1 untuk transkripsi suara membuat sistem ini mampu bekerja secara real-time dan multi-format. Selain itu, teknologi ini tidak memerlukan infrastruktur berat — cukup RAM 4GB dan koneksi internet stabil, menjadikannya ideal untuk digunakan oleh pemerintah daerah dan relawan kebencanaan di berbagai wilayah.
Guru Pembimbing: “Inovasi yang Tumbuh dari Kepekaan Sosial”
Guru pembimbing tim, Muhammad Arifin, menilai bahwa keberhasilan siswa-siswinya bukan hanya karena kemampuan teknis, tetapi karena kepekaan sosial yang kuat terhadap masalah nyata di lapangan.
“Anak-anak ini tidak hanya menulis kode. Mereka belajar membaca realitas masyarakat—bagaimana sebuah sistem bisa menyelamatkan nyawa. Dari sanalah lahir inovasi yang bermakna,” ujar Arifin.
Ia menambahkan bahwa proyek semacam SiRANA menjadi bukti bahwa SMK bukan sekadar mencetak tenaga kerja siap pakai, tetapi juga penemu solusi bagi persoalan bangsa.
“Kami ingin menumbuhkan generasi yang tidak hanya bisa menggunakan teknologi, tapi juga menciptakan teknologi yang berguna bagi manusia,” lanjutnya.
Menginspirasi Generasi SMK di Seluruh Indonesia
Kemenangan SMK Telkom Malang di ajang KONEKSI AI Competition 2025 yang digelar oleh Axioo Class Program menjadi tonggak penting bagi pendidikan vokasi Indonesia. Kompetisi ini diikuti oleh puluhan SMK dari seluruh nusantara yang beradu ide dalam pengembangan solusi berbasis kecerdasan buatan untuk isu-isu sosial.
Selain SMK Telkom Malang sebagai juara utama, posisi kedua diraih oleh SMTI Padang, serta penghargaan harapan diberikan kepada SMK Marhas Margahayu, SMK Cinta Kasih Tzu Chi, dan SMK PGRI Tanjung Raja.
Dalam sambutan penutupan acara, panitia menegaskan bahwa inovasi SiRANA dari SMK Telkom Malang menunjukkan bahwa siswa SMK pun mampu memimpin perubahan digital, terutama di bidang teknologi kemanusiaan dan kesiapsiagaan nasional.
Masa Depan SiRANA: Dari Kompetisi ke Implementasi Nyata
Ke depan, tim Data Forge berencana membuka akses kode sumber dan API SiRANA agar bisa diadaptasi oleh pemerintah daerah dan organisasi kemanusiaan. Mereka juga tengah menyiapkan fitur pelaporan otomatis berbasis geolokasi dan integrasi dukungan psikologis pasca-bencana dalam versi berikutnya.
“Tujuan kami sederhana: agar tidak ada lagi laporan darurat yang diabaikan, dan tidak ada lagi masyarakat yang kebingungan saat butuh pertolongan,” tutup Jean penuh semangat.
Kemenangan ini menandai babak baru bagi pendidikan vokasi Indonesia — bahwa di tangan generasi muda seperti siswa SMK Telkom Malang, AI bukan hanya tentang kecerdasan mesin, tetapi tentang kepedulian manusia.















