Berikut ini beberapa hidangan pernikahan adat Aceh yang wajib diketahui. Pernikahan dalam masyarakat Aceh bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan juga momen penting yang sarat akan nilai budaya, adat, dan simbol sosial. Salah satu aspek paling menonjol dalam pernikahan adat Aceh adalah sajian kulinernya yang kaya rasa, menggambarkan keberagaman bahan, teknik memasak tradisional, serta kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Hidangan Spesial dalam acara pernikahan bukan hanya untuk menjamu tamu, tetapi juga sebagai simbol penghormatan, kebersamaan, dan kemakmuran.
Konsep Makan Besar dalam Adat Aceh
Dalam tradisi Aceh, pesta pernikahan dikenal dengan istilah “khanduri”, yaitu jamuan besar yang melibatkan seluruh keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Khanduri ini merupakan bagian penting dari rangkaian upacara adat dan mencerminkan semangat gotong royong serta rasa syukur kepada Allah SWT. Semua makanan yang disajikan biasanya diolah secara bersama-sama oleh para ibu-ibu dan kerabat dalam tradisi yang disebut meulapeh atau meugang (memasak besar-besaran).
Hidangan biasanya disajikan dalam bentuk nasi hidang atau nasi dulang, yakni makanan yang disajikan dalam satu nampan besar untuk disantap bersama-sama oleh empat hingga lima orang. Konsep makan bersama ini merepresentasikan kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat Aceh.
Hidangan Utama dalam Pernikahan Adat Aceh
1. Keumamah (Ikan Kayu)
Salah satu hidangan khas Aceh yang hampir selalu hadir dalam pernikahan adalah keumamah, yaitu ikan tongkol yang direbus, dikeringkan, kemudian dimasak kembali dengan bumbu rempah khas Aceh seperti cabai, serai, lengkuas, dan daun kari. Rasanya pedas dan kaya rempah, cocok sebagai lauk pendamping nasi.
2. Ayam Tangkap
Hidangan ini sangat populer dalam acara adat Aceh. Potongan ayam digoreng dengan bumbu rempah dan disajikan dengan daun kari goreng, daun pandan, dan cabai hijau. Ayam tangkap memiliki rasa gurih, renyah, dan aroma yang sangat khas.
3. Gulai Kambing atau Sapi
Gulai dalam budaya Aceh berbeda dari gulai pada umumnya di daerah lain. Bumbunya lebih tajam dan pekat, menggunakan rempah seperti kapulaga, kayu manis, cengkeh, dan pala. Biasanya disajikan sebagai lambang kemakmuran dan kehangatan.
4. Sie Reuboh
Merupakan olahan daging sapi yang direbus dalam cuka dan rempah seperti kunyit dan lengkuas. Rasanya asam dan segar, serta dipercaya bisa membantu tamu agar tidak ‘eneg’ setelah menyantap banyak daging.
5. Kuah Pliek U
Ini adalah gulai khas Aceh yang berbahan dasar santan dan berbagai macam sayur seperti daun pepaya, nangka muda, kacang panjang, dan pisang muda. Ciri khas utamanya adalah penggunaan bumbu pliek u (fermentasi kelapa parut). Hidangan ini mencerminkan keberagaman dan kekayaan alam Aceh.
Nasi dan Pelengkap

Nasi yang digunakan dalam jamuan pernikahan Aceh biasanya adalah nasi putih biasa atau kadang nasi briyani (nasi berbumbu dengan rempah India) sebagai variasi. Nasi disajikan dalam dulang besar bersama lauk-pauk lengkap dan sambal khas Aceh, seperti sambal asam sunti atau sambal ganja (sambal terasi dengan daun kari dan jeruk nipis).
Pelengkap lainnya termasuk:
- Acar mentah dari mentimun dan wortel sebagai penyeimbang rasa.
- Kerupuk emping atau kerupuk belinjo.
- Buah-buahan segar seperti semangka dan nanas yang disajikan setelah hidangan utama.
Hidangan Penutup dan Minuman
Setelah menikmati hidangan utama, tamu akan disuguhi makanan penutup dan minuman khas Aceh. Beberapa di antaranya:
1. Kue Tradisional Aceh
Seperti kue bhoi (bolu kecil berbentuk ikan atau bunga), kue adee (semacam bingka khas Aceh), timphan (kue dari ketan dan pisang yang dibungkus daun pisang), dan kue putu mayang.
2. Boh Manok (Telur Manis)
Sajian simbolis berupa telur rebus berlapis gula merah atau karamel, disajikan sebagai simbol kesuburan dan harapan untuk keturunan.
3. Kopi Aceh dan Teh Tarik
Menutup rangkaian hidangan, kopi Aceh menjadi minuman utama. Dikenal dengan aroma dan kekuatan rasanya, kopi ini sering disajikan bersama teh tarik atau teh manis panas.
Nilai Sosial dan Filosofis
Hidangan pernikahan adat Aceh bukan sekadar santapan, melainkan juga manifestasi nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan kekeluargaan. Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi prinsip peumulia jamee (memuliakan tamu), sehingga menyajikan makanan terbaik menjadi bentuk penghormatan yang sangat penting.
Melalui khanduri, keluarga pengantin menunjukkan rasa syukur, mempererat hubungan sosial, dan menghidupkan semangat gotong royong yang masih kuat terasa dalam kehidupan masyarakat Aceh hingga saat ini.
Itulah hidangan pernikahan adat Aceh. Semoga bemanfaat!